(Sumber gambar: Pribadi)
23. YA Yasodharā Therī
Juga dikenal sebagai Rāhulamātā, YA Yasodharā adalah sepupu dan lahir pada tanggal yang sama dengan Pangeran Siddhatta Gotama (yang kemudian menjadi Sang Buddha). (Lihat Diagram Keturunan di Kisah 1)
Beliau menikah dengan Pangeran Siddhatta pada usia 16 tahun.
Pada Candakinnara Jātaka (Jātaka 485) Raja Suddhodana bercerita kepada Sang Buddha bahwa bagaimana Putri Yasodharā dengan setia tetap mencintai Sang Buddha walaupun ditinggalkan oleh beliau.
Halaman 103 Vinaya Piṭaka mencatat bahwa ketika Sang Buddha mengunjungi Raja Suddhodana, ayah-Nya, Putri Yasodharā mengirimkan Rāhula kepada beliau sambil berkata, “Itulah ayahmu. Mintalah warisanmu dari beliau. “ Rāhula kecil mendekati Sang Buddha dan atas permintaan Sang Buddha ditahbiskan oleh YA Sāriputta.
Kemudian, ketika Sang Buddha mengijinkan wanita masuk Saṅgha, Putri Yasodharā menjadi bhikkhuni di bawah YA Mahāpajāpatī Gotami.
YA Yasodharā diumumkan sebagai bhikkhunī terkemuka dalam pencapaian abhiññā.
YA Yasodharā mencapai Parinibbāna pada usia 78, 2 tahun sebelum Parinibbāna Sang Buddha.
23. The Venerable Yasodharā Theri
Also known as Rāhulamātā, the Venerable Yasodharā was the cousin of and born on the same day with Prince Siddhatta (who would then become the Buddha). (See the genealogical chart in Story 1)
She married him (Gotama) at the age of sixteen.
In Candakinnara Jātaka (Jātaka 485) King Suddhodana told the Buddha how devotedly Princess Yasodharā continued to love him notwithstanding He left her.
Page 103 of Vinaya Texts records that when the Buddha visited His father King Suddhodana, Princess Yasodharā sent Rāhula to him saying, “That is your father, go and ask him for your inheritance.” Young Rāhula followed the Buddha, and, at the Buddha’s request, was ordained by the Venerable Sāriputta.
Later, when the Buddha allowed women to join the Order, Princess Yasodharā became a nun under The Venerable Mahāpajāpatī Gotami.
The Venerable Yasodharā was declared chief of those who obtained great supernormal powers.
The Venerable Yasodharā died at 78, 2 years before the Buddha’s Parinibbāna.
Ditulis oleh Rama Tjan Sie Tek, M.Sc., Penerjemah Tersumpah, Sāsanadhaja Dharma Adhgapaka, Rohaniwan Buddha Kementerian Agama Republik Indonesia