Pengendalian diri

Dhammapada Stanza No. 25

Uṭṭhānena’ppamādena – saññamena damena ca
dīpaṃ kayirātha medhāvī   –  yaṃ ogho nābhikirati

Arti Bahasa Indonesia:
Dengan kegigihan, kehati-hatian, kendali diri dan kuasai diri, orang bijak sebaiknya membuat pulau (untuk dirinya) yang tidak akan dilanda banjir.

Latar belakang: Culla-panthaka dan Mahā-panthaka adalah dua orang bersaudara yang lahir di sebuah keluarga kaya di Kota Rājagaha. Ketika mereka dewasa, kakek-nenek mereka mengurus mereka. Mahā-panthaka sangat ingin menjadi bhikkhu dan masuk Sańgha. Dengan persetujuan kakek-neneknya, Mahā-panthaka pun menahbiskan Culla-panthaka, tetapi Culla-panthaka ternyata bodoh karena selama empat bulan ia tidak mampu menghafal satu stanza pun. Mahā-panthaka minta dia meninggalkan Sańgha, tetapi Culla-panthaka sedemikian cintanya pada ajaran Sang Buddha sehingga ia tidak ingin kembali ke kehidupan sebagai umat awam. Ketika Culla-panthaka sedang berjalan keluar, Sang Buddha bertemu dengannya, membawanya ke vihara, menghibur dan menasihatinya. Kemudian, Culla-panthaka mencapai tingkat Arahat.

Penjelasan
Arti stanza Pali ini “Dengan kegigihan, kehati-hatian, kendali diri dan kuasai diri, orang bijak dapat membuat pulau untuk dirinya yang tidak dapat dilanda banjir.”

Uṭṭhānena – dengan segala daya-upaya, yaitu upaya keras untuk memperkuat pikiran dan energi batin, yaitu untuk meningkatkan sifat-sifat bajik yang sudah ada.

appamādena – dengan kehati-hatian, kewaspadaan, kesungguhan. Di stanza ini, kewaspadaan adalah upaya yang terkait dengan perbuatan-perbuatan yang kusala atau bajik.

saññamena damēna ca –dengan kendali diri dan kendali panca indra, terutama pengendalian tubuh dan ucapan. Bagaimana caranya mengendalikan panca indra?   Jawabannya: dengan menerapkan sīla, seseorang dapat mengendalikan panca indranya, yaitu untuk menjalani kehidupan dengan perilaku yang baik dan prinsip-prinsip yang baik. Ajaran yang berbunyi “dengan kendali diri dan kuasai diri” adalah salah satu sifat yang terbesar untuk memehami kehidupan ini. Ajaran itu dapat dipandang sebagai ilmu pengetahuan tentang kehidupan yang nyata.  Dengan sifat yang positif itu, seseorang dapat menjalani kehidupan yang menjadi teladan bagi orang lain. Cara hidup itu tidak merugikan siapa pun di dunia dan cara hidup itu bagaikan berkah yang besar bagi setiap orang di dunia. Apa arti kata ‘damena’? Kata itu berarti dengan penguasaan terhadap panca indra. Penguasaan panca indra itu mendatangkan salah satu kebahagiaan. Apa sajakah panca indra itu?

  1. Mata atau organ untuk melihat (cakkhu),
  2. Kuping atau organ untuk mendengar (sota),
  3. Hidup atau organ untuk membaui (ghāna),
  4. Lidah atau organ untuk bercita-rasa (jivhā), dan
  5. Tubuh atau organ untuk merasakan sentuhan (kāya).

Jika panca indra itu tidak dikendalikan, banyak masalah akan muncul bagi orang yang bersangkutan dan juga orang lain.

medhāvī berarti ‘orang bijak,’ yaitu orang yang tahu teori sebab-musabab tentang fenomena duniawi. Ia tahu bahwa segala hal tunduk pada anicca (perubahan atau ketidak-kekalan). Ia mengerti bahwa seluruh dunia berdiri di atas fondasi yang berupa penderitaan dan kita adalah korban-korban yang tidak bersalah. Kita tidak dapat menjalani kehidupan kita lama sekali; jadi, fenomena duniawi ada di luar kendali kita.

Dengan ‘vipassanā-ñāna’ (pengetahuan yang berupa kemampuan batin untuk melihat kedalam), seseorang dapat melihat segala hal sebagaimana adanya (yathābhūtañanadassana). 

dīpa kayirātha medhāvī  – orang bijak dapat membangun sebuah pulau untuk dirinya . Di baris stanza Pali di atas, kita menemukan sebuah kata yang khusus, yaitu dīpa. ‘Dīpa’ berarti “pulau” atau status Arahat atau Pencerahan atau ‘Nibbāna.’ Ia aman dari banjir air, banjir kebodohan batin dan keinginan rendah yang tidak produktif. Perkataan ‘ya ōghō nābhikīrati’ berarti banjir bandang tidak mampu membanjiri pulau itu, yaitu pulau yang berupa status Arahat. Status itu bebas dari kotoran batin dan semua persoalan mental.

Catatan: Latar belakang dan penjelasan ditulis dalam bahasa Inggris oleh Prof. Bhikkhu Seevali, Ph.D, dan stanza Pali-nya diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Tjan Sie Tek, M.Sc., Penerjemah Tersumpah, www.tjansietek.com

Previous article
Next article

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
- Advertisement -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
- Advertisement -spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Latest Articles

×

 

Hello!

Click one of our contacts below to chat on WhatsApp

× Apakah ada yang bisa kami bantu?