Site icon Buddha-Gotama

Jangan lengah

Dhammapada Stanza No. 27

Mā pamādamanuyuñjetha – mā kāmarati santhavaṃ
appamatto hi jhayanto –  pappoti vipulaṃ sukhaṃ’

Arti Bahasa Indonesia:
Jangan lekat dengan kelengahan dan juga dengan nafsu kenikmatan indrawi.
Meditator yang tekun pasti mendapatkan kebahagiaan yang berlimpah (Nibbana).

Mari kita perhatikan arti stanza Pali ini:

Jangan ikuti kesia-siaan atau kenikmatan ragawi dan nafsu! Orang yang tekun dan suka meditasi mendapatkan kebahagiaan yang besar sekali.

Sang Buddha secara tegas menasihati para bhikkhu dan umat awam sebagai berikut:” Jangan lengah, jangan malas!” “Jangan buang waktu anda yang berharga untuk hal-hal yang tidak ada gunanya!”

Itulah dorongan dan ilham dari Sang Buddha agar kita berlatih meditasi. Itu juga ilham dari Sang Buddha untuk umat awam agar berlatih meditasi.  Itu salah satu pendorong yang penting sekali oleh Sang Buddha untuk para bhikkhu agar berlatih meditasi.

Jadi, kita harus mengerti kemalasan dan sifat lamban kita untuk berlatih perenungan. Kita harus menghentikan sifat lamban bawaan kita.

‘mā kāmarati santhavaṃ -’ Di baris Pali ini, Sang Buddha memberikan nasihat sebagai berikut:” Jangan lekat pada kesenangan indrawi!”,  “Jangan mabuk dengan kenikmatan dalam kesenangan indrawi.”

Kemelekatan pada hal-hal indrawilah yang tidak boleh dilakukan. Nafsu untuk mendapatkan kesenangan indrawi atau mengejar kesenangan sangat merugikan dan sia-sia secara batin. Seluruh dunia sedang mengejar kesenangan duniawi saat ini. Masyarakat kita dikuasai oleh nafsu untuk mendapatkan kesenangan indrawi.

Benar bahwa kesenangan indrawi ada (kāma-nandī) dan pernyataan itu tidak salah. Seseorang boleh menikmati kesenangan indrawi, tetapi kita juga harus mengerti bahwa kesenangan ragawi tidak memberikan kebahagiaan yang bertahan lama. Ia adalah salah satu jenis kebahagiaan tetapi jenis kebahagiaan yang rendah, yaitu jenis kebahagiaan yang hina. Pengejaran kesenangan duniawi (kāmānusārin) menjadikan kita buta terhadap kenyataan. Karena itu, kita tidak melihat kenyataan, tidak mengerti dunia ini sebagaimana adanya karena kita dibutakan oleh kesenangan duniawi.

Ketika seseorang sangat lekat pada kenikmatan indrawi, ia bagaikan kerbau liar yang belum dijinakkan. Ia tidak melihat satu pun perbedaan antara hal yang baik dan yang buruk. Ia tidak patuh dengan ayah atau ibunya atau guru yang mana pun.

vipulaṃ sukhaṃ – yang berarti kebahagiaan yang tertinggi adalah tujuan tunggal agama Buddha. vipulaṃ sukhaṃ berarti Nibbāna, yaitu kebahagiaan yang tertinggi di dunia. Tidak mudah untuk mendapatkannya. Orang yang berlatih meditasi (atau jhāyanto) sedang ada di perjalanan batin itu.

Sekali lagi, untuk berlatih meditasi, kita benar-benar perlu tekat yang teguh, kesungguhan yang tulus dan kemauan yang keras.

Orang-orang yang berlatih meditasi adalah salah satu pelipur lara bagi dunia ini, yaitu penghiburan satu-satunya bagi masyarakat yang sedang gelisah ini. Energi mental para meditator itu menimbulkan kebahagiaan bagi anda dan juga rasa senang bagi dunia ini.

Catatan: Latar belakang dan penjelasan ditulis dalam bahasa Inggris oleh Prof. Bhikkhu Seevali, Ph.D, dan stanza Pali-nya diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Tjan Sie Tek, M.Sc., Penerjemah Tersumpah, www.tjansietek.com

Exit mobile version