akkocchi maṁ avadhi maṁ
ajini maṁ ahāsi me
ye ca taṁ nupanayhanti
veraṁ tesūpasammati.
Terjemahan bahasa Indonesia:
Versi 1:
“Dia memaki-maki saya, dia memukul saya,
dia mengalahkan saya, dia merampok (dari/milik) saya.”
Di antara orang-orang yang tidak berpikiran demikian,
permusuhan bertambah reda.
Versi 2:
“Dia memaki-maki saya, dia memukul saya,
dia mengalahkan saya, dia merampok (dari/milik) saya.”
Orang-orang yang tidak berpikiran demikian,
permusuhan di antara mereka bertambah reda.
Kosakata:
akkocchi: (a) (dia) mencaci-maki; (b) aoris (bentuk kata kerja untuk masa lampau tanpa menyebutkan lama atau selesainya kegiatan yang bersangkutan) untuk orang ke-3 tunggal dari (kata akar) √krus ‘mencaci-maki;’ (c) bentuk indikatif/pelaporan masa sekarang untuk orang ke-3 tunggal: akkosati ‘(dia, seseorang) memarahi, mencaci-maki, mengutuk, atau mencerca’
maṁ: (a) (bentuk akusatif/objek langsung kata ganti orang ke-1/pertama tunggal) saya, aku, -ku; (b) bentuk nominatif/subjek tunggal: ahaṁ* ‘saya, aku’
avadhi: (a) (dia) memukul; (b) aoris untuk orang ke-3 tunggal dari √vadh ‘memukul;’ (c) bentuk indikatif/pelaporan masa sekarang untuk orang ke-3 tunggal: vadhati ‘(dia, seseorang) memukul’
ajini: (a) (dia) menaklukkan; (b) aoris untuk orang ke-3 tunggal dari √ji ‘menaklukkan, mengalahkan;’ (c) bentuk indikatif/pelaporan masa sekarang untuk orang ke-3 tunggal: jayati ‘(dia, seseorang) menaklukkan, mengalahkan’
ahāsi: (a) (Dia) membawa pergi dengan paksaan, merampok; (b) aoris dari √har ‘membawa pergi dengan paksa, merampok;’ (c) bentuk indikatif/pelaporan masa sekarang untuk orang ke-3 tunggal: harati ‘(dia, seseorang) membawa pergi dengan paksa, merampok’
me: (a) (bentuk ablatif/asal-usul dan genitif/kepemilikan kata ganti orang ke-1 tunggal) dari saya/aku (abl.); milik saya, milikku (gen.); (b) bentuk nom. tunggal: ahaṁ* ‘saya, aku’
ye: (a) siapa yang, mana yang; (b) bentuk nom. jamak dari kata ganti penunjuk ya ‘dia yang, yang itu’
taṁ: (a) itu, ini; (b) bentuk akusatif maskulin tunggal dari kata ganti penunjuk ta ‘itu, ini’
upanayhanti: (a) (i) mengikat erat-erat, memendam, menggenggam; (ii) mengikat erat-erat, yaitu memendam (kemarahan, permusuhan, kebencian), menahan, memikul (dendam yang abadi)
veraṁ: (a) permusuhan, kebencian; (b) nom. tunggal kata benda netral (nt.) vera ‘permusuhan, kebencian’
tesaṁ: (a) milik mereka; (b) bentuk kepemilikan (genitif) mask. untuk orang ke-3 jamak dan netral dan juga kata ganti penunjuk ta ‘dia, ia, ini, itu’
veraṁ tesūpasammati: (I) permusuhan di antara mereka/orang-orang itu bertambah reda; (II) dibentuk dari salah satu : (1) veraṁ tesaṁ + upasammati ‘permusuhan mereka bertambah reda’ (yang ditentang oleh Warder (2014 :237) dengan menulis bahwa (i) sangat langka sebuah niggahīta (ṁ) di akhir sebuah kata dapat dihapus: idaṁ + ahaṁ > idahaṁ; (ii) ketika niggahīta diikuti oleh eva, y dapat disisipkan: santaṁ + eva > santaṁ yeva; ekaṁ eva > ekaṁ yeva; (iii) niggahīta di akhir sebuah kata yang diikuti oleh y dapat digabungkan dengannya untuk membentuk mñ: tesaṁ + eva > tesaṁñeva), atau (2) veraṁ tesu + upasammati ‘permusuhan di antara mereka/orang-orang itu bertambah reda;‘ kedua terjemahan itu berasal dari analogi dengan: (i) tesaṁ jetthabatha ‘saudara laki-laki tertua mereka;’ atau (ii) tesu jetthabatha ‘yang tertua di antara saudara laki-laki mereka’ (Coulardeau, 2006:8, di “7eme Journees de l’ERLA – BREST, 9-the relation of partitivity, November 2006, yang mengutip buku The Pali Language, 1976, tulisan T.Y. Elizarenkova);
(III)(1) Ānandajoti (www.ancient-buddhist-texts.net) menulis “Ini adalah bentukan yang tidak diperkirakan di stanza ini; kita memiliki salah satu: tesaṁ + upasammati sehingga membentuk sandhi tesūpa-, atau bentuk lokatifnya dipakai: tesu + upasammati; jika tesaṁ + upasammati, kita mungkin telah memperkirakan tesañ-ca sammati, agar sesuai dengan kata kerja di stanza yang sebelumnya (stanza 3);” (IV) tesūpasammati: (i) Sarao (2009:5) menulis tes’ūpasammati, yang dibentuk dari tesaṁ + upasammati, dengan penghapusan akhiran -aṁ, yang merupakan kejadian yang langka; contoh-contohnya: itthaṁ eke … > itth’ eke … (DN 1 Pali: Brahmajāla Sutta, sebagaimana yang dicatat oleh Warder, 2014:225, Catatan 8, atau Warder, 2001:205, Catatan 2); pubbantaṁ ‘timur’ anissita ‘tidak didukung oleh timur,’ yang diubah tulisannya menjadi pubbaṁ antaṁ anissita (puitis) Sn 849 (Rhys & Stede, 1921-1924, Part V, p.90); (ii) itthaṁ dibentuk dari ima + thaṁ, tempat ima berubah menjadi i dan huruf awal t digandakan, sebagaimana yang ditulis oleh Kaccāyana (§ 234,265, Thitzana); (ii) dibentuk dari tesu + upasammati, salah satu: (1) dengan penghapusan huruf u akhir di tesu dan pemanjangan huruf u awal di upasammati (mengikuti Duroiselle, 1915/1997:7, No. 17); Clough (1824:14) menyebutnya sebagai penghilangan huruf akhir a dan pemanjangan huruf awal u; dan Perniola [1915/1997:8, No.6(a)] menyebutkan sebagai pemendekan), atau (2) sebagaimana yang ditulis oleh Duroiselle (idem., hal. 8, No.22) bahwa ketika dua buah vokal (huruf hidup) yang dibunyikan dengan organ mulut yang sama bertemu (yaitu huruf-hutuf u awal dan akhir), hasilnya secara umum adalah u panjang (ū), yaitu: (i) u + u = ū; contoh lainnya: a + a = ā; atau (3) ketika dua buah vokal yang dibunyikan dengan organ mulut yang sama, hasilnya secara umum adalah sebuah vokal panjang di organ tersebut; tetapi, dua buah vokal pendek dapat menimbulkan sebuah vokal pendek di muka konsonan (huruf mati) gabungan (misalnya dd, ddh, tt, tth, kk, kkh) (Tilbe, 1899 :10, No.80)
(VI) upasammati: (i) dibentuk dari dari awalan atau kata depan (preposisi) upa* ‘sedikit, menuju, dekat dengan’ (yang bertentangan dengan apa- ‘menjauh’) + sammati ‘reda, tenang, menjadi tenang atau diam;’ (ii) adalah bagian dari kata-kata kerja yang kelihatan pasif tetapi sesungguhnya benar-benar intransitif dalam arti: anutappati ‘menyesal, miyyati ‘mati,’ paccati* ‘menjadi matang’ (Perniola, 1997 :280, No. 222); * (arti harfiah) direbus, (arti kias) disiksa, tersiksa (Davids & Stede, 1921-1912/2022:383)
*upa-: (1) awalan yang berarti (a) menuju, kedekatan, atau sentuhan dari jarak dekat towards, nearness or close touch, biasanya dengan gambaran pendekatan dari bawah atau berdiam di bagian atas,di atas, ke atas,oleh; (2) di kata-kata majemuk,
(i) a- + upa selalu dipendekkan menjadi ūpa, misalnya devūpaṭṭhāna, lokūpaga, puññûpatthambhita; upakiṇṇa ‘tertutupi di bagian atas;’ upajīvati ‘tinggal di atas, tinggal dekat/di sebelah seseorang, bergantung pada, didukung/disangga oleh;’(c) (pemakai yang menunjukkan pengecilan) hampir, sekitar, agak, sedikit, sekunder, dekat,bentuk kecil,dibuat dengan mengikuti gaya (milik seseorang atau sesuatu), misalnya upaḍḍha (upa- + aḍḍha) ‘sekitar setengah’ (tata bahasa: dua buah vokal pendek dapat menimbulkan sebuah vokal pendek di muka konsonan (huruf mati) gabungan (misalnya dd, ddh, tt, tth, kk, kkh) (Tilbe, 1899 :10, No.80);
upakacchaka ‘seperti sedikit bolong;’ upakaṇḍakin (= upapaṇḍukin?) ‘agak putih;’ upadeva ‘dewa kecil;’ upapurohita ‘pendeta kecil;’ uparajja ‘raja muda;’ upavana ‘hutan kecil’ dsb (Davids & Stede, 1921-1925, Part I, pp. 138-139)
(d) Duroiselle (idem., p.8, No. 21) menulis tentang pemendekan atau diftongisasi:
(i) a + or ā + i or ī = e; dan
(ii) a or ā + u or ū = o.
*PENASRIFAN/DEKLENSI [pengubahan bentuk kata ganti dan kata benda sesuai dengan kasus/bentuk (nominatif/subjek, akusatif/objek langsung dll), jumlah (tunggal atau jamak) dan gender (maskulin, feminin atau netral)]
AHAṂ ‘saya, aku’ (untuk semua gender), mengikuti tulisan Duroiselle (1915/1997:68, No.289) dengan tambahan kasus genitif tunggal oleh Tjan:
tunggal jamak
Nom. ahaṁ, saya, aku mayaṁ,i kami, kita
amhe, kami, kita
vayaṁ, kami kita
Gen. mama, milik saya amhākaṁ,ii milik kami/kita
mayhaṁ, sda. amhaṁ, sda.
mamaṁ, sda. asmākaṁ, sda.
amhaṁ, sda. no, sda.
(me,iii sda)
Dat. mama, kepada saya, untuk saya amhākaṁ, kepada kami/kita,
mayhaṁ, sda. untuk kami/kita
mamaṁ, sda. amhaṁ, sda.
amhaṁ, sda. asmākaṁ, sda.
me, sda. no, sda.
Akus. maṁ, saya amhe, kami/kita
mamaṁ, saya amhākaṁ, sda.
asme, sda.
amhe, sda.
no, sda.
Inst. mayā, me,iv oleh saya, dengan saya amhehi, oleh kami/kita
melalui saya dengan kami/kita
melalui kami/kita
amhebhi, sda.
no, sda.
Abl. mayā, me,v dari saya amhehi, dari kami/kita
amhebhi, sda.
no, sda.
Lok. mayi, di saya, pada saya amhesu, di kami/kita, pada kami/kita
asmāsu, sda.
asmesu, sda.
Komentar:
(a) Menurut para penjelas bahasa Sansekerta, bentuk dasar tunggal ahaṁ adalah mad; semestinya adalah ma dan maṁ. Namun, kata-kata turunan dari kata ganti/pronomina dibentuk dari tiga kata dasar: mad, maṁ and ma, dengan vokal a di ma kadang-kadang dipanjangkan sehingga ma menjadi mā.
(b) Bentuk me kasus genitif, datif, instrumen, ablatif tunggal merupakan kata sisipan (enklitik) (diletakkan di antara dua kata lain): me tidak pernah dipakai di muka kalimat.
(c) no untuk kasus-kasus yang sama dalam bentuk jamak juga merupakan kata sisipan sehingga tidak pernah dipakai di muka kalimat.
(d) kata dasar jamaknya adalah amha atau amhad.
Catatan: Duroiselle [1915/1997:161, No.605(ii)] menulis bahwa bentuk-bentuk sisipan ahaṁ, yaitu me dan no, and bentuk-bentuk sisipan tvaṁ, yaitu te dan vo, tidak pernah dipakai di muka kalimat atau langsung sebelum partikel-partikel ca, tā, and eva: detu me ‘suruh dia berikan kepada saya;’ tava vā me hotu ‘semoga itu milik anda atau milik saya;’ kammaṁ no niṭṭham ‘tugas kita/kami selesai’….
Contoh pemakaian di Dhammapada: istanza 6;ii amhākaṁ satthā ‘guru kami/kita;’ iii Gair & Karunatillake (1998:68), yang dipakai used in stanza 3 & 4 oleh Sarao (2009:5); ivstanza 17 & 18; vstanza 3 & 4 (Ānandajoti, 2019:5)
Contoh lainnya:
(i) mama sāvaka ‘murid saya, pendengar saya’
(ii) yaṁ kiñci mayhaṁ atthi imasmiṁ gehe …
‘(arti harfiah) apa pun yang ada yang merupakan milik saya di rumah ini ….; apa pun yang milik saya di rumah ini ….’
(ii) tvaṁ … viya mātā me …
‘anda … sebagai ibu bagi/kepada saya ….’
- tvaṁ … viya pita me ….
‘anda … sebagai ayah bagi/kepada saya ….’
Akhiran-akhiran mamaṁ, amhaṁ, amhe, -asme, -amhākaṁ, asmākaṁ, amhaṁ dan amhebhi adalah bentuk-bentulk alternatif yang kurang umum, atau pada umumnya ditemukan di teks-teks belakangan atau kitab-kitab penjelasan, tidak di Tipiṭaka (Gair & Karunatillake, 2014:67), mengikuti analogi yang disebutkan oleh Gair & Karunatillake (idem, hal. 5).
Daftar Referensi Tata Bahasa Pali & Inggris serta
Aneka Buku Terjemahan Bahasa Inggris Dhammapada
1.A. Bhikkhu (2021). Māgadhabhāsa (Pāli): A Compendious Grammar on the Language of Pāli Buddhism. Taiping, Perak Malaysia: Sāsanārakkha Buddhist Sanctuary (SBS)
2.Ānandajoti, Bhikkhu: (i)(2016). A Practical Guide to Pali Grammar, Ver. 3. https://www.ancient-buddhist-texts.net/Textual-Studies/Grammar/Guide-to-Pali-Grammar.htm; (ii) (2017/2019). The Dhammapada: The Sayings of the Buddha. Dundee, Scotland: Evertype
3. Anuruddhācariya, Bhadanta (1987). A Manual of Abhidhamma, edited in the Pali and translated by Nārada Mahā Thera into English, 5th edition. Kuala Lumpur, Malaysia: Buddhist Missionary Society
4. Anuruddha, Kakkapaliye Thera (2004). Dictionary of Pali Idioms, An Aid to The Student of Pali. Hong Kong SAR, China: The Chi Lin Nunnery
5. Bechert, Heinz, and Richard Gombrich (1984). The World of Buddhism. London, U.K.: Thames and Hudson Ltd. Reprinted in 1995 by Mladinska Knjiga (Slovenia)
6. Bodhi, Bhikkhu (translator) (2020). Reading the Buddha’s Discourses in Pali: A Practical Guide to the Language of the Ancient Buddhist Canon. Two Volumes. Somerville, MA, U.S.A.: Wisdom Publications
7. Bomhard, Allan R. (2013). The Dhammapada: The Path of Dhamma. Charleston, SC, U.S.A.: Charleston Buddhist Fellowship
8. Buddhaghosa, Bhadantacariya (1999). The Path of Purification. Translated from the Pali by Bhikkhu Ñāṇamoli. Reprinted in 2003, 2006, 2010. Kandy, Sri Lanka: Buddhist Publication Society
9. Buddharakkhita, Acharya (translator) (2014). The Dhammapada. 1st edition. California, U.S.A.: Dharma Publishing
10. Burlingame, Eugene Watson (1921). Buddhist Legends: Translated from the Original Pali Text of the Dhammapada Commentary, Three Volumes. Cambridge, CA, U.S.A.: Harvard University Press.
11. Carter, John Ross, and Mahinda Paliwahadana (translators) (1987). The Dhammapada, The Sayings of the Buddha. New York, U.S.A.: Oxford University Press
12. Clough, Benjamin (1824). Compendious Pali Grammar with a Copious Vocabulary, softcopy. Colombo, Ceylon: Wesleyan Mission Press
13. Davids, T.W. Rhys (1921/1925). Pali-English Dictionary. London, U.K.: The Pali Text Society
14. Dictionary of the English Language (1996). New York, U.S.A.: Random House Value Publishing, Inc.
15. Duroiselle, Charles. 1997. A Practical Grammar of the Pali Language. 3rd edition. Australia: Buddha Dharma Education Association Inc.
16. Easwaran, Eknath (translator) (2007). The Dhammapada. 2nd edition. Petaluma, CA, U.S.A.: Nilgiri Press. This is a revised translation
17. Edmunds, Albert J. (1902) (translator). The Hymns of the Faith, Dhammapada: An Ancient Anthology preserved in the Short Collection of the Sacred Scriptures of the Buddhists. Chicago, U.S.A.: The Open Court Publishing Co.
18. Fronsdal, Gil (translator) (2005). The Dhammapada, A New Translation of the Buddhist Classic with Annotations. Boston, U.S.A.: Shambhala Publications, Inc.
19. Geiger, Wilhelm, and Mabel Haynes Bode (translators) (1912). The Mahāvaṁsa, The Great Chronicle of Ceylon. London, U.K.: The Pali Text Society
20. Geiger, Wilhelm (2005). A Pali Grammar. Translated by Batakrishna Ghosh. Revised and Edited by K.R. Norman. London, U.K.: The Pali Text Society
21. Hands, Penny (editor) (2011). Collins Cobuild English Grammar. Third Edition. Glasgow, U.K.: HarperCollins Publishers.
22. Gethin, Rupert (translator) (2008). Sayings of the Buddha. New York, U.S.A.: Oxford University Press
23. Kaccāyana Vyakaranam (Kaccāyana’s Pali Grammar): (i) Thitzana, A. (translator) (2019). Delhi, India: Motilal Banarsidass Publishers; (ii) Lien, Nhu, (2007) (compiler).Yangon, Myanmar: Department of Pali, International Theravada Buddhist Missionary University
24. Millán, Carmen, and Francesca, Bartrina (2013). The Routledge Handbook of Translation Studies. New York, U.S.A.: Routledge
25. Müller, Edward (1884). A Simpified Grammar of the Pali Language. Edited by Reinhold Rost. London, U.K.: TRÜBNER & CO., LUDGATE HILL
26.1 Müller, F. Max (translator) (1898). The Dhammapada. A Collection of Verses, revised 2nd edition. Oxford, U.K.: Clarendon Press
26.2 Müller, F. Max & Fausböll, F. (1881/2011). The Dhammapada and the Sutta Nipāta, 2nd edition. Surrey, BC, Canada: Eremetical Press
27. Na, Thaw Ba (translator) (2020). M.A. Thesis on the Four Chapters of Dhammapada. Thailand: Mahaculalongkorn University
28. Narada, Thera & Pereira, Cassius A. (translators) (1940). The Dhammapada: The Gift of Truth Excels all Other Gifts. Colombo, Sri Lanka: Mrs W. Leo Fernando
29. Nyānatiloka & Nyānaponika, (1980). Buddhist Dictionary: A Manual of Buddhist Terms & Doctrines. Ceylon, Srilanka: Buddhist Publication Society (BPS)
30. Oberlies, Thomas (2001). Pali, A Grammar of the Language of The Theravada Tipitaka. Edited by Albrecht Wezler and Michael Witzel. Berlin, Germany: Walter de Gruyter GmbH & Co.
31. Perniola, Vito (1997). Pali Grammar. Oxford, U.K.: The Pali Text Society
32. Sarada, Maha Thero (translator) (1993), softcopy version. The Illustrated Dhammapada. Treasury of Truth. Australia: Buddha Dharma Education Association Inc.
33. Sarao, K.T.S. (translator) (2009). The Dhammapada: A Translator’s Guide. New Delhi, India: Munshiram Manoharlal Publishers Pvt. Ltd.
34. Shorter Oxford English Dictionary (2002), Fifth Edition. Two Volumes. Oxford, U.K.: Oxford University Press
35. Smith, Helmer & Norman, H.C. (transcription editors) (1906 & 1925/2018). Pali Dhammapadaṭṭhakathā, Vol. I. Bristol, U.K.: The Pali Text Society
36. Tellings, A. Ed. Schmidgall, & Stevens, Alan M. (1981). Contemporary Indonesian English Dictionary. Michigan, U.S.A.: Ohio University Press
37. The Dhamma Library (2018). An Easy Introduction to Pali.
38. Thomson, A.J., and A.V. Martinet (1986). A Practical English Grammar. Fourth Edition. London, U.K.: Oxford University Press
39. Tilbe, H.H. (1899). Pali Grammar. Rangoon, Myanmar: American Baptist Mission Press
40.Tin, Daw Mya: (i) (translator) (1986). The Dhammapada: Verses & Stories. Edited by the Editorial Committee of the Burma Pitaka Association. Rangoon, Burma: Burma Pitaka Association; (ii) (translator) (1993 & 1996). The Dhammapada. Rangoon, Burma: The Department for the Promotion and Propagation of the Sāsana
41. Vipasanna Graha (undated) (translator). English-Indonesian Dhammapada. West Java, Indonesia: Yayasan Bandung Sucinno Indonesia & Yayasan Banten Dhammaviro
42. Wagiswara, W.D.C. & Saunders, K. James (1912) (translators). The Buddha’s Way of Virtue” A Translation of the Dhammapada from the Pali Text. New York, U.S.A.: E.P. Dutton and Co.
43. Warder, A.K. (2001). An Introduction to Pali Grammar. Oxford, U.K.: The Pali Text Society
44. Woodward F.L. (1923/2013) (translator). The Buddha’s Path of Virtue: A Translation of the Dhammapada. Georgetown, NSW, Australia: Tandava Press
Indonesian Grammar References
- Badudu, J.S .(1986). Inilah Bahasa Indonesia yang Benar I. Jakarta: PT Gramedia
2. Badudu, J.S (1986). Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II. Jakarta: PT Gramedia
3. Badudu, J.S. (1989). Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III. Jakarta: PT Gramedi.
4. Badudu, J.S. (1986). Inilah Bahasa Indonesia yang Benar IV. Jakarta: PT Gramedia
5. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988). Tata Bahasa Buku Indonesia. Jakarta: Perum Balai Pustaka
6. Eddy, Nyoman Tusthi (1987). Analisis Perbandingan Kata dan Istilah Bahasa Malaysia-Indonesia. Flores: Nusa Indah
7. Gonda, J.(1988). Linguistik Bahasa Nusantara: Kumpulan Karya. Jakarta: Balai Pustaka
8. Grijns, C.D.. (1991). Kajian Bahasa Melayu-Betawi. Jakarta: PT Temprint
9. Koewatin, Sasrasoegonda (1986). Kitab Jang Menjatakan Djalannja Bahasa Melajoe. Jakarta: Balai Pustaka
10. Kridalaksana, Harimurti (1988). Beberapa Prinsip Leksem dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Kanisius
11. Loir, Henri Chambert. (2009). Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
12. Kridalaksana, Harimurti (1989). Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
13. Poerwadarminta, W.J.S. (2002). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
14. Purwo, Bambang Kaswanti (1984). Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
15. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2000). Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa
16. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2000). Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa
17. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2003). Buku Praktis Bahasa Indonesia. Jilid 1, 2, dan 3. Jakarta: Pusat Bahasa
18. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2003). Pengindonesiaan Kata dan Ungkapan Asing. Jakarta: Pusat Bahasa
19. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
20. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1996). Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia. Jakarta: P3B
21. Setyaningsih, Retno W., dan Rochayah Machali (2017). Topik-Topik dalam Kajian Penerjemahan (Kumpulan Tulisan Yang Sebagian Sudah Pernah Diterbitkan Secara Terpisah). Surabaya: Airlangga University Press