21. YA Upalavaṇṇā Therī
Beliau lahir di keluarga kaya di Sāvatthi dan diberkahi dengan kulit yang mirip sebagian dari bunga teratai coklat dan, karena itu, merupakan arti nama beliau. Sebagai seorang gadis muda, beliau demikian cantik dan menarik sehingga semua keluarga kaya ingin menjadikan beliau menantu. Untuk tidak mengecewakan mereka, ayah beliau mengirimkan beliau ke vihāra untuk ditahbiskan. Kemudian, beliau menjadi Arahat melalui renungan tentang api di sebuah lampu minyak.
Sebagaimana Sang Buddha menunjuk dua orang murid utama dalam Saṅgha, yaitu YA Sāriputta dan Moggāllana, beliau juga menunjuk dua orang wanita sebagai murid-murid utama dalam Saṅgha Bhikkhunī. Mereka adalah YA Upalavaṇṇā, terkemuka dalam abhiññā (kekuatan batin yang tinggi), dan YA Khemā, terkemuka dalam pañña (kebijaksanaan) (AN I, Bab 14). Sang Buddha memuji keduanya sebagai teladan dan contoh bagi semua bhikkhunī lain untuk dicontoh, yang merupakan standar untuk menilai diri mereka sendiri. Sang Buddha bersabda: ”… kamu seharusnya menjadi seperti Bhikkhunī Khemā dan Upalavaṇṇā.” (SN 17:24).
Dalam menjawab Māra, YA Upalavaṇṇā berkata:
“Walaupun seandainya seratus ribu orang penjahat
yang persis kamu datang ke sini,
aku tidak gemetar sedikit pun, aku tidak merasa takut sama sekali;
bahkan sendirian pun, Māra, aku tidak takut kamu.
“Aku dapat menghilang
Atau dapat memasuki perutmu.
Aku dapat berdiri di antara bulu matamu
Namun, kamu tidak akan melihatku barang sedikit pun.
“Aku adalah penguasa pikiranku sendiri,
Fondasi-fondasi kekuatanku sangat kuat;
Aku bebas dari semua belenggu,
Karena itu, aku tidak takut kamu, kawan.”
[SN, 5:5(5)]
21. The Venerable Upalavaṇṇā Theri
She was born to a wealthy family in Sāvatthi and was endowed with skin which looked like part of brown lotus flowers and, hence, the meaning of her name. As a young girl, she was so beautiful and attractive that all wealthy families wanted to make her their daughter-in-law. In order not to disappoint them, her father sent her to the monastery to be ordained as a nun. She then attained arahantship through the recollection of the fire in an oil lamp.
Just as the Buddha has appointed two chief disciples in the order of monks, Sāriputta and Moggāllana, he likewise named two women his foremost disciples in the Bhikkhuni Sangha, the order of nuns. These two were the bhikkhunis Upalavaṇṇā and Khemā, the former excelling in psychic power, the latter in wisdom (AN I, chap.14). The Buddha has held up these two as the models and examples for all the nuns to emulate, the standard against which other nuns could evaluate themselves. The Buddha says:“… you should become like the bhikkhunis Khemā and Upalavaṇṇā.” (SN 17:24).
In answer to Māra, see remarked:
“Though a hundred thousand rogues
Just like you might come here,
I stir not a hair, I feel no terror;
Even alone, Māra, I don’t fear you.
“I can make myself disappear
Or I can enter inside your belly.
I can stand between your eyebrows
Yet you won’t catch a glimpse of me.
“I am the master of my mind,
The bases of power are well developed;
I am freed from all bondage,
Therefore I don’t fear you, friend.”
[SN, 5:5(5)]
Ditulis oleh Rama Tjan Sie Tek, M.Sc., Penerjemah Tersumpah, Sāsanadhaja Dharma Adhgapaka, Rohaniwan Buddha Kementerian Agama Republik Indonesia