(Sumber gambar: https://www.pexels.com/photo/men-s-brown-top-near-trees-994747/)
15. YA Vaṅgīsa Thera
Terlahir dalam keluarga brahmana di Vanga, Vaṅgῑsa muda dapat mengetahui alam kelahiran kembali dari seseorang yang telah meninggal dunia hanya dengan meraba tengkorak orang yang sudah mati tersebut.
Pada suatu hari Vaṅgīsa datang ke Vihāra Jetavana untuk menemui Sang Buddha. Sang Buddha bertanya, “Vaṅgīsa, apakah kamu ahli dalam bidang tertentu?”. “Saya menguasai chavasīsa mantra yang dapat mengetahui di alam apa seseorang dilahirkan kembali”.
Kemudian Sang Buddha mengambil lima buah buah tengkorak manusia: yang kesatu terlahir ke alam neraka, yang kedua ke alam manusia, yang ketiga ke alam manusia, yang keempat kedewa dan yang kelima milik Arahat yang telah Parinibbāna. Kedua buah tengkorak yang pertama dapat dikenali oleh Vaṅgīsa muda. Namun tentang tengkorak yang ketiga, Vangīsa muda kebingungan. Ia berulang kali merabanya tetapi tetap tidak mampu menyebut tempat kelahiran kembali nya. Lalu, ia menjadi murid Sang Buddha dan YA Nigrodhakappa yang menahbiskan menjadi sāmanera.
YA Vaṅgīsa diajar untuk merenungkan tiga puluh dua bagian tubuh sehingga menjadi Arahat dan kemudian dianugerahi gelar sebagai bhikkhu yang terkemuka dalam mengucapkan kata yang tepat agar sesuai dengan keadaan.
Berkenaan dengan YA Vaṅgīsa, Sang Buddha mengucapkan syair 419 and 420 Dhammapada:
“Orang yang tujuan perjalanannya tidak diketahui, yang mengetahui kematian dan kelahiran kembali makhluk di mana pun, yang tidak melekat, yang akan bahagia setelah kematiannya, Yang Tersadarkan, saya menyebutnya sebagai Brahmana.”
“Orang yang tempat kepergiannya tidak diketahui oleh para dewa, gandhabba dan manusia, yang telah menghancurkan noda batin, yang merupakan Arahat, saya menyebutnya sebagai Brahmana.”
15. The Venerable Vaṅgῑsa Thera
Young Vaṅgῑsa was born to a Brahmin family in Vanga, young Vaṅgῑsa and endowed with the knowledge about the future rebirth planes of dead persons only by tapping on their skulls with his finger nail.
One day young Vaṅgῑsa went to the Jetavana Monastery to see the Buddha who then asked: ”Vangῑsa, are you a specialist in a particular science?”. “I master the chavasῑsa mantra whereby I am capable of knowing in which realm someone will be reborn,” was his reply.
Then, the Buddha took five human skulls: the one belonged to someone reborn in a hell, the second the animal realm, the third the human realm, the fourth the gods’ realm and the fifth an Arahant. Young Vangῑsa was capable of identifying the first four skulls. He was confused about the rebirth plane of the fifth. He tapped the skull repeatedly and continued to be incapable of identifying the rebirth plane. Then, he became another disciple of the Buddha and was ordained by the Venerable Nigrodhakappa as a novice.
This novice was taught to contemplate on the thirty-two parts of the human body. He attained arahantship and later was conferred the title of the monk foremost in speaking the right word to suit the the occasion.
With respect to the Venerable Vaṅgīsa, the Buddha recited verses 419 and 420 of the Dhammapada:
“He who perfectly understands
The rise and fall of all beings,
Who is detached, well-gone and enlightened-
Him I do call a ‘brahman’.”
“Whose way is unknown
To gods, gandharvas and men,
Who has destroyed all dfilements
And who has become enlightneed-
Him I do call a ‘brahman’.”
Ditulis oleh Rama Tjan Sie Tek, M.Sc., Penerjemah Tersumpah, Sāsanadhaja Dharma Adhgapaka, Rohaniwan Buddha Kementerian Agama Republik Indonesia