(Sumber gambar: https://pixabay.com/photos/meditation-bhikkhu-mahamevnawa-1777522/)
8. YA Anuruddha Thera
Terlahir sebagai Pangeran Anuruddha dalam keluarga seorang pangeran Sakya yang bernama Amitodana, saudara Raja Suddhodana, beliau hidup dalam kemewahan bersama-sama dengan saudaranya, yang kemudian dikenal sebagai YA Mahānāma. Pangeran Anuruddha memiliki tiga buah istana, satu untuk musim dingin, satu lagi untuk musim panas dan yang ketiga untuk musim hujan. Apa pun yang diinginkannya langsung terpenuhi.
Halaman 482 Vinaya Texts mencatat sebagai berikut: Di hutan Anupiya, Pangeran Anuruddha, Raja Bhaddiya, Pangeran-Pangeran Ānanda, Bhagu, Kimbila, dan Devadatta serta tukang cukur yang bernama Upāli menghadap Sang Buddha. Atas permintaan para pemuda Sakya tersebut, Sang Buddha pertama-tama menerima Upāli menjadi bhikkhu, lalu mereka.
Sebelum vassa (retret 3 bulan selama musim hujan) pada saat itu berakhir, YA Bhaddiya menjadi ahli dalam Abhiññā Berunsur Tiga (te-vijja), YA Anuruddhā mendapatkan mata dewa (dibbacakku), YA Ānanda menjadi Sotāpanna dan Devadatta mencapai jenis iddhi yang dapat diperoleh bahkan oleh orang-orang yang belum memasuki Jalan Suci.
YA Anuruddha menjadi Arahat pada vassa yang berikutnya.
Sang Buddha menganugerahkan kepada YA Anuruddha gelar sebagai bhikkhu yang terkemuka dalam hal dibbacakkhu, yaitu kemampuan melihat di atas mata fisik, yang dalam hal YA Anuruddha mencapai sistem dunia yang berunsur seribu.
Mahāparinibbāna Sutta (DN 16) mencatat bahwa YA Anuruddha hadir selama momen penting Mahaparinibbāna Sang Buddha dan menjelaskan kepada hadirin tentang proses tersebut.
8. The Venerable Anuruddha Thera
Born as Prince Anuruddha to the family of a Sakyan prince named Amitodana, King Suddhodana’s brother, he lived in luxury with his brother, the future Venerable Mahānāma. Prince Anuruddha had three palaces, one for the cold season, one for the hot season and one for the rainy season and whatever he wanted was immediately fulfilled.
Page 482 of Vinaya Texts records as follows: In the Anupiya Grove, he, King Bhaddiya, Princes Ᾱnanda, Bhagu, Kimbila and Devadatta and the barber Upāli came to the presence of the Buddha. At the request of the young Sakyan men, the Buddha first received Upāli and, afterwards, the young Sakyan men, into the Order.
Before that rainy season was over, the Venerable Bhaddiya became master of the Te-vijja, the Venerable Anuruddhā acquired the Heavenly Vision, the Venerable Ānanda realised the effect of having entered the Stream and Devadatta attained to that kind of Iddhi which is attainable even by those who have not entered upon the Excellent Way.
The Venerable Anuruddha reached arahantship in the subsequent rains retreat.
The Buddha conferred on him the title of the monk who excelled in the divine eye, the ability to see beyond the physical eye, extending in the Venerable Anuruddha’s case to a thousandfold world system.
The Mahāparinibbāna Sutta (DN 16) records that the Venerable Anuruddha was present during the momentous moment of the Buddha’s great passing away and expalined to those in attendance about the process.
Ditulis oleh Rama Tjan Sie Tek, M.Sc., Penerjemah Tersumpah, Sāsanadhaja Dharma Adhgapaka, Rohaniwan Buddha Kementerian Agama Republik Indonesia