Site icon Buddha-Gotama

Sepuluh Tanya-Jawab Umum tentang Pattidāna

  1. Apa arti pattidāna? (a) Secara harfiah dan tata bahasa: dāna yang berupa kebajikan (patti); (b) secara umum: pelimpahan kebajikan
  2. Apa beda antara dāna dan pattidāna?

Dāna diberikan langsung kepada orang kedua, misalnya bhikkhu, sehingga merupakan kebajikan (patti) dan pattidāna adalah dāna berupa kebajikan tersebut yang dilimpahkan atau diberikan kepada pihak ketiga, terutama petā.

Setiap perbuatan baik atau kebajikan dapat dijadikan pattidāna: segala jenis dāna (barang, uang, senyum, pertolongan dll yang diberikan kepada orang lain, apalagi kepada orang suci atau luhur), hasil praktik sīla dan bhāvana.

5.3 Bagi yang menjelang meninggal, hal itu membantu menimbulkan cuti cittā (pikiran pada saat terakhir menghadapi kematian) yang tenang sehingga dapat diperkirakan lahir kembali di alam bahagia, apalagi jika percaya pada Sang Buddha dan/atau ajaran-Nya.

Catatan:

Cuti cittā dipercaya menentukan alam kelahiran kembali seseorang, hewan dan makhluk lainnya. Orang yang sangat bajik pun bisa lahir kembali di alam menderita (apāya) jika ia ingat hanya perbuatan buruknya yang melanggar salah satu Pañcasīla Buddhis, misalnya perbuatan asusila.

Contoh: Ratu Mallikā, isteri kesayangan Raja Pasenadi, lahir kembali di Neraka Avici selama satu minggu, kemudian lahir kembali lagi di Surga Tusita, karena mengingat satu perbuatan asusilanya dengan anjingnya yang bernama Vallabha, walaupun ia adalah salah satu murid langsung Sang Buddha yang terkenal setia dan yakin pada Sang Buddha, tekun berdāna kepada Sang Buddha dan banyak sekali bhikkhu dll (6. Mallikādevīvatthu, 11. Jarāvaggo, Dhammapada-aṭṭhakathā).

Bukan, karena (i) pemberi pattidāna hanya berupaya mendorong penerimanya ber-muditacittā; (ii) jika penerimanya, yaitu ñātipetā (petā yang merupakan sanak-keluarga pemberi), mengakhiri masa hidup mereka di alam mereka, itu karena buah dari muditacittā mereka sendiri dan matangnya buah karma mereka untuk keluar dari alam mereka (Tirokuḍḍapetāvatthuvaṇṇā, Petāvatthu-aṭṭhakathā 5)

Menurut Tirokuḍḍapetāvatthuvaṇṇā, Petāvatthu-aṭṭhakathā 5, yang juga tidak bisa adalah petā yang masa hidup mereka di alam petā belum cukup atau buah karma baik mereka di masa-masa lampau sebelum menjadi petā belum matang untuk memungkinkan mereka menerima pattidāna dan mendapatkan manfaatnya.

Begitu Raja Bimbisāra mempersembahkan dāna makanan dan minuman yang besar (mahādāna) kepada Sang Buddha dan para bhikkhu, sambil berkata,” Semoga (semua) ini melimpah kepada sanak-keluarga saya,” makanan dan minuman surgawi pun muncul untuk para petā yang sedang menunggu pattidāna. Mereka merupakan sanak-keluarga Raja Bimbisāra, raja Magadha pada waktu itu. Ketika sang raja memberikan pakaian dan berkata yang sama, pakaian surgawi pun muncul untuk para petā itu dst.

Jawabannya adalah sejumlah saran di bawah ini:

  1.  10. Saran lainnya: Pattidāna sebaiknya diberikan sesering mungkin dan secara bijaksana, artinya tidak memberatkan keuangan diri sendiri

Silakan juga baca:https://www.buddha-gotama.com/2023/06/16/pattidana-arti-dan-manfaatnya/

Semoga bermanfaat.

Exit mobile version