Site icon Buddha-Gotama

Mukjijat: Sakit berat sembuh karena kemuliaan para bhikkhu

A.  Bhikkhu Sāriputta, seorang siswa utama Sang Buddha

Suatu hari Bhikkhu Sāriputta mengalami sejenis sakit perut yang berat. Lalu, Bhikkhu Mahā-Moggallāna, yang juga siswa utama Sang Buddha, bertanya kepada beliau tentang apa yang dulunya bisa menyembuhkan penyakit itu. Bhikkhu Sāriputta menjawab:” waktu saya masih orang awam, ibu saya biasanya mencampurkan ghee (sejenis mentega yang dijernihkan), madu, gula dsb serta memberi saya rice gruel (bubur nasi yang encer) dengan susu murni.”

Pada saat itu, sesosok dewata yang tinggal di sebuah pohon di ujung jalan mendengar percakapan itu dan berpikir” Saya akan mendapatkan bubur nasi untuk Bhante besok.” Lalu, dewa itu pergi ke sebuah keluarga yang menyokong Bhikkhu Sāriputta dan masuk ke dalam tubuh anak tertua keluarga itu sehingga menimbulkan ketidak-nyamanan. Kemudian, sang dewa memberitahu  syarat penyembuhan di atas kepada sanak-keluarga anak itu yang berkumpul,” Jika kalian membuat bubur nasi jenis tersebut besok untuk Sang Thera (Bhikkhu Sāriputta), saya akan membebaskan anak ini.” Mereka berkata:” Bahkan tanpa diberitahu oleh anda pun kami secara teratur mengirimkan kebutuhan Sang Thera.” Pada esoknya mereka membuatkan bubur nasi itu.

Singkat cerita, Bhikkhu Mahā-Moggallāna ber-piṇḍapāta (berjalan keliling untuk menerima makanan di mangkuk penerima derma) dan keluarga tersebut memberikan bubur tersebut kepada beliau, kemudian minta beliau menghabiskannya. Lalu, mereka memenuhkan kembali mangkuk beliau.

Beliau kembali ke tempat Bhikkhu Sāriputta dan memberikan makanan itu. Bhikkhu Sāriputta berpikir,” Bubur ini sangat enak. Bagaimana cara ia didapatkan?.” Lalu, dengan mata batin, beliau melihat cara nasi itu didapatkan dan berkata,” Kawan, dāna makanan ini tidak dapat dipakai.”

Alih-alih berpikir “Ia tidak makan dāna makanan yang dibawa oleh orang seperti saya,” Bhikkhu Mahā-Moggallāna langsung mengambil mangkuk itu dengan memegang pinggirnya dan membalikkannya. Ketika bubur itu jatuh ke tanah, penderitaan Bhikkhu Sāriputta lenyap. Sejak itu, penyakit itu tidak muncul lagi selama 45 tahun berikutnya. Demikianlah kemuliaan siswa Sang Buddha.

Sumber: diringkas dan diterjemahkan oleh Tjan Sie Tek, dari Vissuddhimagga I, 117-121

B. Bhikkhu Mahā-Mitta

Ibu Bhikkhu Mahā-Mitta sakit tumor yang beracun. Sang ibu berkata kepada putrinya, yang telah menjadi bhikkhuni,” Nak, temuilah abangmu. Kasih tahu dia tentang kesusahanku dan bawalah pulang sejumlah obat.” Sang bhikkhuni pergi menemui  abangnya. Bhikkhu Mahā-Mitta berkata,” Saya tidak tahu cara mengumpulkan bahan obat-obatan dari akar dan sejenisnya serta tidak tahu cara membuat obat dari  bahan itu. Tetapi, sebaliknya saya akan memberitahu anda sebuah obat: sejak saya menjadi bhikkhu, saya tidak pernah melanggar (kebajikan saya dalam pengendalian) panca indra dengan cara memandang tubuh lawan jenis saya dengan pikiran yang bernafsu. Dengan pernyataan kebenaran ini semoga ibu saya menjadi sehat. Beritahu sang upāsikā (Ibu) soal ini dan usaplah tubuh beliau.” Sang bhikkhuni memberitahu sang ibu tentang apa yang telah terjadi dan kemudian melakukan sebagaimana beliau diperintahkan. Pada saat itu juga tumor sang ibu lenyap karena mengerut lalu hilang seperti segumpal buih.

Demikianlah kemuliaan siswa Sang Buddha.

Sumber: Visuddhimagga I, 109, diterjemahkan oleh Tjan Sie Tek, M.Sc., Penerjemah Tersumpah, SK Menteri Hukum dan HAM No. AHU-11 AH.03.07.2022

Exit mobile version