Site icon Buddha-Gotama

Fang Sheng berbuah Lebat & kikis Ego & Kilesa

Dhammapada 129:

Sabbe tasanti daṇḍassa,

sabbe bhāyanti maccuno,

attānaṁ upamaṁ katvā,

na haneyya na ghātaye.

Terjemahan bahasa Indonesia and Inggris oleh Tjan Sie Tek:

Semua makhluk gemetar dengan hukuman,

Semua makhluk takut mati,

Setelah membandingkan diri dengan makhluk lain,

Orang tidak boleh membunuh atau menyuruh makhluk lain dibunuh.

All tremble at punishment,

all fear death;

after comparing oneself with another,

no one should kill or cause another to be killed.

Dhammapada 130:

Sabbe tasanti daṇḍassa,
sabbesaṁ jīvitaṁ piyaṁ,
attānaṁ upamaṁ katvā,
na haneyya na ghātaye.

Semua makhluk gemetar dengan hukuman,
semua makhluk menyayangi kehidupannya;
setelah membandingkan diri dengan makhluk lain,
orang tidak boleh membunuh atau menyuruh makhluk lain dibunuh.

All tremble at punishment,
all hold their life dear;
after comparing one with another,
no one should kill or cause another to be killed.

Dhammapada 129 & 130 adalah sebagian landasan kegiatan fang sheng (放生; melepaskan atau membebaskan hewan tangkapan).

Jika dilakukan dengan serius, apalagi berulang-ulang, dan dengan keyakinan bahwa fang sheng adalah sesuai dengan ajaran Sang Buddha, fang sheng adalah salah satu perbuatan proaktif untuk menerapkan Dhammapada 129 & 130 sehingga merupakan salah perbuatan baik (kusala kamma) yang besar. Fang sheng tergolong abhaya dāna, yaitu memberikan dāna dalam bentuk rasa aman dan keyakinan kepada sang hewan sehingga ia merasa aman, bebas dari rasa takut dan bahaya dan yakin tentang nasibnya. Catatan: secara umum, abhaya dāna lebih sulit dilakukan daripada āmisa dāna.

Contoh:

a. Anda melakukan āmisa dāna kepada orang yang memerlukannya (orang sepuh yang miskin yang tinggal di sekitar rumah, kantor atau pabrik anda), misalnya Rp 50.000. Jika anda mengubahnya menjadi fang sheng, anda perlu (1) membagi uang itu menjadi dua: untuk beli hewan tangkapan dan membayar biaya angkutan atau beli bensin untuk kendaraan sendiri untuk pergi ke tempat jual-beli hewan: pasar, restoran, atau warung, dan membawa hewan yang dibeli ke tempat yang aman. Lalu, anda lepaskan (fang) hewan itu dengan cara yang sopan, penuh hormat, dan agar hewan itu hidup secara aman, wajar dan tidak mudah untuk ditangkap lagi oleh orang lain; tempat itu sebaiknya terpencil: sungai, danau (untuk ikan), hutan kecil, bukit, atau gunung.

b. Upaya yang lebih baik dan berbuah lebih lebih lebat: bawa pulang hewan yang dibeli untuk dikumpulkan dan dipelihara dengan penuh kasih sayang. Jika ikan, sediakan tempat yang cukup luas dan berisi air yang bersih. Lalu, kasih makanan yang sesuai (bisa juga beli pakan ikan yang sehat). Lakukan pemeliharaan itu sendiri saja, atau ajak suami/isteri plus anak-anak dll agar mereka terbiasa mengasihi hewan. Sesudah satu atau dua minggu, lepaskan ikan itu bersama-sama di tempat yang aman untuknya.

Catatan: Sang Buddha berkata bahwa hewan (kacua, semut, cicak, tikus, kucing, anjing dll) dan makhluk lain (peta* dll) yang ada di rumah, kantor atau pabrik kita secara umum adalah para mantan leluhur atau sanak familig, teman dekat dan/atau tetangga dekat kita.

*Tirokuḍḍa Sutta

Aneka buah fang sheng jika dilakukan menurut anjuran di atas:

  1. Memperkuat praktik sila, terutama sila pertama, secara aktif dan pro-aktif, yang lebih bermanfaat daripada praktik sila yang pasif, yaitu berlatih untuk tidak melakukan pembunuhan.

1.1 Aktif karena ketika seseorang ada peluang membunuh sang hewan, tetapi ia tidak melakukannya, bahkan menyelematkannya dari pembunuhan.

1.2 Pro-aktif: persiapan dan pelaksanaan kegiatan fang sheng (dari mencari hewan yang ingin diselamatkan sampai menyelamatkan mereka secara terencana)

Catatan: Praktik sila pertama bisa jauh lebih kuat daripada aktif dan proaktif jika mengajak, mendorong bahkan memaksa orang lain (terutama keluarga sendiri, teman dekat, tetangga dekat dll) untuk ikut melakukan kegiatan fang sheng yang serius, berulang-ulang dan tekun.

3. Memperkuat 3 citta sekaligus: i) mettā citta (kalau digabung: mettacitta), ii) karuņā citta, dan iii) muditā citta.

5.1 Fang Sheng bantu kikis dan patahkan ego

5.1.1 Ego atau sakkāya dițțhi adalah belenggu pertama yang harus dipatahkan atau dilepaskan. Ego patah ketika kita memasuki Magga (Jalan Mulia), yang artinya kita hidup sesuai dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan. Magga itu adalah pegangan hidup semua umat Buddha.

5.1.2 Sakkāya dițțhi ke-aku-an, spekulasi atau pandangan apa pun tentang adanya ‘aku,” “roh,” atau “roh yang abadi.”Sakkāya dițțhi salah satu dogma, doktrin atau ajaran yang salah atau keliru, atau miccha dițțhi. miccha dițțhi adalah lawan samma dițțhi (pandangan benar). Jadi, jika kita menggenggam samma dițțhi, artinya kita mematahkan atau mengikis habis miccha dițțhi.

5.2 Patahnya sakkāya dițțhi menjadikan seseorang sebagai cula sotapanna, atau orang suci tingkat pertama yang junior atau kecil. Jika ia tetap cula sotapanna sampai menjelang meninggal dunia, ia otomatis menjadi sotapanna (penuh). Jadi, ia tidak akan lahir kembali di alam menderita atau apāya bhumi (neraka, alam peta, alam binatang, alam asura). Ia hanya akan lahir kembali maksimum 7 kali jika tidak mencapai tingkat kesucian yang lebih tinggi. Ia akan lahir kembali di salah satu alam bahagia. Jika lahir kembali di alam manusia, ia akan lahir kembali di keluarga yang luhur dan terhormat, menjadi Buddhis lagi walaupun orangtuanya mungkin non-Buddhis. Ia juga akan menjadi orang bijaksana. Jika di surga, ia akan menjadi penasihat pembesar atau raja surga.

  1. Buah-buah fisik yang terlihat, a.l. wajah pelaku fang sheng umumnya terlihat penuh kasih sayang, welas asih, tenang, ramah, teduh dan bahagia. Di mana pun ia berada, ia memberikan rasa aman dan teduh plus keyakinan kepada orang, hewan dan bahkan mahkluk lain yang ada di sekitarnya.
  2. Buah-buah non-fisik: para dewi dan dewa bermudita citta selama persiapan dan pelaksanaan kegiatan fang sheng.

Semoga bermanfaat.

Exit mobile version